Momen lebaran merupakan perayaan
akbar yang ditunggu-tunggu masyarakat tanah air. Pasalnya, di hari raya Idul
Fitri setiap orang pastinya meluangkan waktu untuk bisa bersilaturrahmi dengan
kerabat, teman, hingga rekan kerja. Gelaran rutin setahun sekali ini tentunya
diharapkan dapat merekatkan tali silaturrahmi antar sesama. Pun juga, sebagai
penawar rindu karena jarangnya bertemu.
Namun sayang, alih-alih
merekatkan persaudaraan, ajang silaturrahmi terkadang justru meninggalkan
perasaan tak nyaman hingga sakit hati. Ya, sebab beberapa orang terkadang tanpa
sadar melakukan hal remeh yang berujung menyinggung perasaan. Nah, apa saja
hal-hal sepele yang tak patut dilakukan saat silaturrahmi tersebut? Yuk simak
berikut ini
Body shaming (menyinggung penampilan fisik)
Penampilan fisik merupakan salah
satu dari sumber tidak nyaman dan tidak aman.
Karenanya, menyinggung hal ini meskipun hanya basa-basi saja tidak
dibenarkan. Contohnya, “Kok gendutan ya sekarang?”, “Jangan kurus-kurus dong,
jelek lho”, “Kok jerawatan, rusak gini mukanya”, “Wah, sekarang putih tapi
pucet, pake krim dokter?”, “Tak kira siapa, makin hitam aja”.
Hal-hal semacam itu meski cuma
basa-basi bisa banget guys menyinggung perasaan orang lain. Toh tentang
gendutan atau kurusan, kita juga tidak tahu pasti apa orang yang kita maksud
benar-benar makin gemuk atau kurus. Kita kagak nimbang, bukan? Jangan sampai
apa yang kita sangkakan meniadakan usaha orang lain. Ingat, kita tidak mungkin
tidak tahu seberapa keras usaha mereka untuk diet atau untuk menggemukkan
badan. So, please, nggak usah nyinyir ya pemirsa.
Menanyakan “kapan” yang menyakitkan
Beberapa pertanyaan yang memuat
kata kapan di antaranya:
Kapan wisuda
“Kapan wisuda?”, ini pertanyaan
yang menohok bagi para pejuang skripsi. Asal kita tahu, nggak semua
dari mereka yang lulusnya lambat karena nggak niat nyekripsi lho. Beberapa sudah
berjuang mati-matian begadang tiap malam tapi memang banyak kendala. Mulai dari
dosen suka hilang, materi yang susah, tak kunjung acc dan sebagainya.
Karenanya, stop tanya kapan wisuda.
Kapan kerja
“Kapan kerja?”, saya percaya tiap
orang punya waktunya sendiri-sendiri untuk menggapai mimpinya. Termasuk untuk
urusan menemukan pekerjaan impian. Ada yang sekali melamar pekerjaan langsung
diterima. Ada yang mungkin menghabiskan ratusan amplop lamaran pekerjaan dan
puluhan email melamar kerja tak kunjung juga terpanggil untuk kerja. Karenanya,
pertanyaan kapan kerja ini kurang tepat.
Kawan menikah
“Kapan menikah?”, lagi-lagi
pakdhe/budhe, njenengan tidak tahu
betapa kerasnya perjuangan seseorang untuk menemukan jodohnya. Mungkin ada yang
dijodohkan sana-sini sama orang sekitar, tapi lagi-lagi belum jodoh. Atau pas
udah serius malah ditinggal kawin sama yang lain. Atau ada juga yang ditikung
dong sama sahabat sendiri. Jadi please
doakan atau carikan yang cocok, jangan ditanya mulu ya.
Kapan hamil
“Kapan hamil?”, lolos dengan
pertanyaan kapan wisuda, kapan kerja, dan kapan menikah, pertanyaan bak hantu
lainnya adalah kapan hamil. Ini jelas pertanyaan yang jawaban tepatnya
diketahui Tuhan, lantas mengapa masih bertanya pada manusia pakdhe/budhe?
Kapan punya rumah
Selain pertanyaan “kapan” di atas, masih banyak pertanyaan kapan lainnya
yang juga menyebalkan. “Kapan punya rumah?”, “kapan punya pacar”, “kapan punya
mantu”, itu contoh pertanyaan yang jangan pernah kamu tanyakan ya guys.
Diskriminatif (atau membeda-bedakan orang)
Tidak dipungkiri, di jaman ini
masih ada saja orang yang memperlakukan orang lain berdasarkan pangkat, jabatan,
keturunan, dan lainnya. Semoga kita nggak seperti ini ya guys.
Membanding-bandingkan orang yang satu dengan lainnya
“Hey, anakku wes dua lho, anak e
teman sebangku kamu ya wes 5”. Pernah gak kamu dibilangi seperti ini saat kamu
masih single/ sudah menikah tapi tak kunjung punya anak? Pasti agak gimana gitu
ya guys? Meski ga sedih-sedih amat, minimal ngeneslah ya.
Jadi begini pemirsa yang saya
cintai di manapun kalian berada, setiap orang pada dasarnya bahagia dan
bersyukur pada pencapaiannya. Sampai ia sendiri membandingkan dirinya dengan
orang lain yang lebih baik menurut sudut pandangnya. Yang mempunyai mobil biasa,
melihat mereka bermobil mewah lantas sedih dan menginginkan mobil mewah. Yang
punya sepeda, membandingkan dirinya dengan mereka yang memiliki mobil, dan
bersedih. Selanjutnya, mereka yang berjalan membandingkan dirinya dengan
pemilik sepeda dan pada akhirnya menginginkan sepeda. Dan seterusnya-dan
seterusnya.
Intinya, apa yang kita miliki
saat ini bukan tidak mungkin adalah sesuatu yang sangat diharap-harapkan orang
lain dalam waktu lama. Karena itu, syukuri apa yang kita miliki dan selalu
beruaha berpikiran positif. Karena itu, jangan pernah berusaha membuat
seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Apalagi di momen istimewa
saat silaturrahmi hari raya idul fitri.
Nah, itu dia beberapa hal yang
sepele yang seharusnya tak kita lakukan di hari idul fitri. Ya, tentu agar hari
idul fitri bisa benar-benar menjadikan kita orang yang lebih baik. Orang yang
berusaha tidak menyakiti hati saudara kita meski hanya lewat basa-basi yang
amat sepele.
Selamat hari raya idul fitri,
mohon maaf lahir dan batin.
Comments
Post a Comment
Terima kasih telah memberikan komentar. Tunggu kunjungan balik saya ke Blog teman-teman :)